Tuesday, April 16, 2013

Jari yang Berbicara

Seperti yang saya tulis di deskripsi blog ini "orang bilang saya cerewet di dunia maya. Mungkin otak dan hati lebih bersahabat dengan jari dibanding mulut" itu memang benar adanya. Sama halnya seperti busur derajat, dunia nyata saya ada di derajat 0 dan dunia maya saya ada di 180 derajat kebalikannya.
Dulu saya mengutuki diri sendiri dengan keadaan di dunia nyata. Saya tidak suka disebut pendiam. Namun berjalannya waktu membuka pemikiran saya. Kalau saya disebut pendiam kenapa harus marah?? Memang itulah kenyataanya. Kalau pendiam termasuk kekurangan, pasti ada kelebihan yang saya punya. Dan kalau saya runutkan sejak saya kecil, saya memiliki ketertarikan tersendiri di bidang menulis. Waktu SD saya pernah ikut lomba mengarang. Entah mengapa guru saya tiba-tiba menunjuk saya mengikuti lomba tersebut. Saya dapet juara 3 (dari empat peserta :D). Lalu pernah waktt SMP saya mengirimkan cerpen ke harian Pikiran Rakyat. Memang diterbitkan, tapi setelah menunggu hampir setahun :D Ohiya, waktu SMP juga saya pernah dapet hadiah coklat dari guru Bahasa Indonesia karena nilai mengarang saya paling tinggi di kelas.
Tapi menulis bukanlah perkara gampang bagi saya. Kadang ide udah terkumpul menumpuk di otak. Setelah sampai di depan komputer, ide itu menguap begitu saja. Mata sudah tertuju ke layar. Jari-jari sudah bersentuhan dengan keyboard, siap berperang kapan saja. Satu dua kata mengalir di MS. Word. Tak lama secuil kata itu pun tersapu oleh tombol delete. Dan halaman pun kembali bersih. Saya dan layar komputer terus saling menatap. Sampai akhirnya saya menyerah dan menutup MS. Word. Hal itu berulang tanpa saya berhasil menaklukannya. 
Cukup lama saya tidak menulis. Sampai akhirnya saya menemukan twitter. Awalnya sih saya tidak menganggap twitter sebagai media "latihan menulis". Di twitter saya jadi lebih banyak membaca. Selebtwit yang saya follow banyak memberikan informasi menarik, bukan sekedar twit galau, modus, nyinyir, dkk. Saya pun mulai terpengaruh. Saya mulai banyak bercerita. Ya setidaknya ada 10 twit bersambung merangkai sebuah cerita. Atau kadang misuh-misuh ngga puguh mengeluarkan kekesalan beruntun layaknya reportase. Kadang saya juga berpuisi. Sedikit, hanya 4-5 twit. Itupun gara-gara desakan curcol :) Tapi intinya saya mulai menulis.
Akhirnya blog ini akhirnya muncul karena beberapa alasan. Alasan pertama karena salah satu teman saya (yang ternyata suka stalking twitter saya) bilang kenapa saya ngga jadi penulis profesional aja. Dia ngerasa tulisan saya ada nyawanya #pipimemerah. Alasan kedua, semangat dari dua penulis favorit saya, om @vabyo n kak @windyariestanty. Om Vabyo pernah bales pertanyaan saya gimana caranya menumpahkan ide yang memenuhi kepala ke dalam tulisan (seperti yang saya tulis di awal, saya selalu gagal nulis di komputer). Om Vabyo bilang, pilih cerita yang paling menarik, ibaratnya kalo lagi puasa suka laper mata tapi pas buka puasa kita hanya memakan yang benar-benar kita inginkan. Lain lagi dengan kak Windy yg emang suka jawab pertanyaan-pertanyaan followernya (kadang serius kadang becandaan kocak). Tapi twit-twitnya jadi ngasi motivasi kalo mau jadi penulis ya MULAILAH MENULIS #iyakak. Alasan ketiga adalah karena kekecewaan saya terhadap satu orang. Iya, kadang kecewa membuat kita lebih semangat. 
Jadi inilah dia blog saya.. Leuks of Honey. Mudah-mudahan ada yang nyasar mampir-mampir ke blog ini. Ngarep ada yang baca?? YAIYALAH JELAS. Setiap penulis pasti seneng kalau tulisannya ada yang baca. Semoga jari-jari ini akan terus menari menyampaikan kata yang tak sempat mulut ucapkan.. :)

No comments:

Post a Comment