Monday, December 2, 2013

So It's You

Bertahun-tahun, aku memanggilmu dalam setiap sujudku. Kamu, yang aku tidak tahu siapa, bagaimana rupamu, seperti apa lengkungan senyummu dan di belahan dunia mana kamu berada masih menjadi misteri untukku. Setiap hujan turun, aku selalu menyelipkan doa dalam tetesan hujan. Tuhan, tolong sampaikan pada air yang jatuh menetes dari langitMu ini, tolong temukan dia, belahan jiwaku. Katakan bahwa aku menunggunya di sini.

Aku di sini telah lelah dengan pertanyaan-pertanyaan mereka yang tidak mengerti aku. Tapi aku tidak pernah lelah menunggumu. Karena aku yakin kau akan datang di saat yang tepat. Tidak akan terlambat ataupun datang terlalu awal.

Mei 2013, dengan rencana indahNya kami dipertemukan kembali. Sedetik bertemu denganmu, seketika itulah gembok hatiku menemukan kuncinya. Padahal sudah 9 tahun kami saling mengenal namun tidak pernah ada perasaan seperti malam itu. Mungkin ini yang namanya "dipertemukan pada waktu yang tepat".

Sungguh dengan ridoNya semua jalan dibukakan dengan mudah. 1 Desember 2013, aku menganggukkan kepala, menerima pinanganmu. Sekarang aku tahu nama yang harus aku selipkan di setiap sujud dan doaku. Alhamdulillah...



Sunday, October 27, 2013

Mamang Bebeb

Pertemuan kami dimulai sekitar 2 tahun yang lalu. Sore itu, saya pulang kantor dan memanggil salah satu ojeg yang bergerombol di pangkalan. "Riung Sauyunan," saya menyebutkan tujuan saya. Dengan motor bebeknya, tukang ojeg itu bergegas mengantar ke alamat yang dimaksud. Sesampainya di rumah, saya membayar 5000 rupiah. Tiba-tiba tukang ojeg itu bilang, "kalau butuh dijemput, bisa sms saya, teh."

Saya diam sejenak. "Oh, boleh.." jawab saya ragu.

"Catat saja nomor hape Mang," tukang ojeg itu menyebutkan beberapa deret angka. "Tulis aja, Mang Oboy," lanjut tukang ojeg menyebutkan namanya tanpa saya minta.

Dari penampilannya yang berambut gondrong, saya agak waspada menanggapi tawaran Mang Oboy yang bisa antar jemput. Kejahatan ada dimana-mana. Apalagi saya wanita. Ah tapi ngga ada salahnya juga saya menyimpan nomor hapenya.

"Don't judge the book by its cover" itu benar adanya pemirsaaaa.. Mang Oboy itu ternyata baik, bisa dipercaya dan bisa diandalkan. Saya, yang waktu itu (ehem) jomblo sangat sangat terbantu oleh jasa antar jemput yang bisa di-calling kapan saja dimana saja. Mang Oboy itu lebih setia dari pacar. Hahahaha.. Ngga berlebihan lho. Saya tinggal sms, "Mang, tolong jemput saya di MTC jam 9 (malam) ya". Ngga pake ribet tanya "sama siapa aja disana?" atau "aduh maaf aku lagi banyak kerjaan" mamang bales sms secepat kilat "ya teh" dan voilaaaa.. Mamang udah standby di TKP pada jam yang diminta.

Obrolan dalam perjalanan sama Mang Oboy juga suka ajaib. Wkt musim Pilkada Bdg, Mang Oboy kasih pendapat tentang pilihannya, Ridwan Kamil. Hihihiii.. Iya dia terang-terangan ceritain pilihannya. Katanya, Ridwan Kamil itu pinter, kan dosen ITB, ngga akan korupsi, muda, dan pasti banyak yang milih karena terkenal di kaum intelek. Trus Mamang juga cerita keterlibatannya di panitia Pilkada di TPS di lingkungan rumahnya. Sampai-sampai Mamang bisa nyebutin persentase tiap peserta Cawalkot. Emezing, Mang!!

Mamang juga suka ceramahin saya masalahhh.. Jodoh!! Mamang suka tanya sekaligus besar-besarin hati saya. "Tenang saja, teh, jodoh teteh pasti datang, bla bla bla.." pokoknya sepanjang jalan saya diceramahin, disuru sabar juga dibarengi ikhtiar dan doa minta yang terbaik sama Allah. Kalo udah deket-deket tempat tujuan, Mamang tutup ceramahnya dengan doa, "Mamang doakeun, sing teteh segera dipertemukan dengan jodoh teteh yang terbaik". Saya cuma jawab, "Aamiin, Mang," padahal dalam hati saya teriak, "AAMIIN YA ALLAH, AAMIIN".

Sekian cerita saya tentang Mang Oboy, yang oleh teman-teman kantor saya dipanggil Mamang Bebeb karena saking setianya anter jemput saya..

Tuesday, October 8, 2013

P E N G U M U M A N

Dikarenakan tulisan saya yg berjudul "Tunggu Aku di Pelaminan" banyak disangka kisah nyata, saya klarifikasi ya.. Tulisan itu hanya kisah fiktif belaka. Tulisan itu mau saya masukin ke kuisnya Afgan yg ini. Pengen mejeng di websitenya Afgan!! Pengen dapet hadiah duitnya juga sih, hehehe.. Mohon doa restu :)

Monday, October 7, 2013

Tunggu Aku di Pelaminan

"Sampai kapan kamu nunggu ketidakpastian?" tanya mama padaku hampir setiap hari.

Ah aku bosan dengan pertanyaan yang sama. Apa aku harus menuliskan jawabanku di dahiku agar mama bisa langsung membaca jawabanku tanpa bertanya? Karena bagaimana pun pertanyaannya, jawabanku tetap sama, "Aku akan menikah hanya dengan Rian. Titik."

Rian. Teman kampusku sejak enam tahun yang lalu. Teman curhat. Teman belajar. Teman gila-gilaan. Dan aku berharap suatu hari, Rian akan menjadi teman hidupku, temanku menghabiskan waktu dan menua bersama.

Namun mama menganggap semua mimpiku hanya sebatas fatamorgana. Jarak antara aku dan Rian terlalu jauh. Aku wanita dengan karier cemerlang. Dua tahun bekerja di bank ternama dengan posisi menjanjikan. Aku sudah bisa membeli mobil sendiri. Liburan tiap bulan pun bisa saja aku lakoni.

Sedangkan Rian masih pontang panting mencari tempat yang nyaman untuk kariernya. Dua tahun lulus kuliah, dia belum mendapatkan pekerjaan tetap. Untuk menghidupi diri sendiri pun dia masih berjuang dengan susah payah. Tapi aku yakin, dia hanya butuh waktu sedikit lagi untuk menemukan apa yang dia cari selama ini.

Tapi orang tuaku, terlebih mama, sudah tidak sabar melihat anak perempuan satu-satunya ini menikah. Mama tidak pernah melihat perjuangan kami berdua selama enam tahun ini. Mama tidak pernah mau mengerti dengan hatiku. Kadang mama secara tiba-tiba membuatkanku janji kencan dengan anak temannya. Atau pernah suatu hari aku dipaksa menemaninya ke acara pernikahan anak temannya. Kemudian mama mengenalkanku pada teman-temannya. Iya, teman-teman yang juga ditemani anak lelaki mereka.

Aku sangat mencintai Rian. Aku menemukan semua yang aku cari ada dalam dirinya. Aku melihat masa depanku ada pada matanya. Dengannya, aku menjadi orang yang lebih baik. Dan aku masi memegang kata-katanya saat kami diwisuda dua tahun lalu, "tunggu aku di pelaminan". Iya, aku akan sabar menunggumu datang untuk meminangku di depan orang tuaku..

Thursday, August 1, 2013

Darimu, aku belajar kehidupan..


Saya sering iri melihat adegan seperti di foto tersebut. Walaupun saya sudah besar, kadang saya ingin kembali menjadi bocah kecil, berjalan bersama kakak saya sambil berpegangan tangan. Pegangan tangannya adalah kehangatan yg saya anggap sebuah perlindungan seorang kakak laki-laki kepada adik perempuannya. Sayangnya, saya tidak diberi kesempatan merasakannya. Aa, begitu saya memanggilnya, sudah terkena sindrom autisme. 

Aa terlahir normal. Tak kurang satu apapun. Namun di umurnya yg ketiga tahun, Aa tiba-tiba terserang panas tinggi.  Perubahan perilaku nampak setelahnya. Aa berhenti berbicara. Ibu menyadarinya saat saya, yang hanya terpaut 1 tahun, sudah banyak mengoceh, sedangkan Aa hanya terdiam sepanjang hari. Aa tidak akan menolehkan mukanya bila dipanggil, kecuali ibu yg memanggil. Aa menjadi lebih hiperaktif. Lepas dari pandangan ibu barang sedetik, Aa sudah menghilang. Tiba-tiba Aa sudah berada di sawah, berendam dalam kubangan lumpur.

Selama 26 tahun saya telah mengenal Aa. Selama itu pula saya terus berproses dan belajar. Belajar iklas, belajar memahami, belajar adil dan belajar menyayangi dengan tulus. Dan perjalanan itu tak selalu mulus. Waktu kecil, saya sering iri dengan "perbedaan" treatment yg ibu terapkan pada saya, kakak perempuan saya dan Aa. Saat itu, saya menuduh ibu tidak adil. Aa boleh begini tp saya tidak boleh. Saya harus begitu tapi aa boleh tidak begitu. Kadang saya protes, tapi ibu selalu bilang, "adil itu tidak selalu sama, tapi sesuai dgn tempatnya". Iya, Aa berbeda, maka kebutuhan akan perhatiannya pun pasti berbeda.

Sebagai anak bungsu, saya merasa masih punya adik. Ada Aa yang harus saya jaga. Walau sekarang sudah tidak hiperaktif seperti waktu kecil, tapi saya sering waswas. Apakah dia berjalan terlalu ke tengah jalan saat saya mengajaknya jalan-jalan pagi. Atau dengan sigap saya melarang Aa membuka pintu saat ada orang asing mengetuk pintu rumah kami. Saya juga memastikan kumis dan jambangnya tidak tumbuh terlalu lebat. Bila sudah lebat, dengan pisau cukur dan foam, saya mulai mencukurnya. Aa pasrah saja, diam menerima mukanya dipermak. Satu-satunya cara yang bisa saya lakukan agar saya merasa menjadi seorang "adik" adalah dengan bermanja-manja, minta dipeluk atau digendong di punggungnya.

Kadang saya bertanya pada Tuhan, mengapa kakak saya harus autis? Apakah Aa bisa sembuh? Karena saya pun ingin merasakan memiliki kakak laki-laki. Yang menggenggam tangan saya saat berjalan, marah saat ada berandalan yang mencoba mengganggu, atau menjadi teman curhat saat saya menaksir teman laki-laki. Namun semua tanya pasti menemukan jawaban. Dan saya menemukan jawaban itu saat saya melihat kedua orang tua saya. Hati ibu dan bapa pasti lebih sakit dari saya, melihat anak laki-laki satunya, harapan mereka, harus berbeda dengan anak-anak lainnya. Tapi mereka dengan iklas bisa menerima suratan takdir yang sudah Tuhan gariskan. Aa adalah anugrah. Dan saya sebenarnya beruntung, diberi kesempatan untuk lebih memahami manusia yg luar biasa seperti Aa.

***

So please, STOP using autism as a joke
Karena bagi sebagian orang, itu menyakitkan

Thursday, July 4, 2013

Mimpi Setinggi Pesawat Terbang

"Siapa yg belum pernah naik pesawat terbang??" tanya pengajar.

Dengan sigap saya mengacungkan tangan kanan saya. Lima detik kemudian saya segera menurunkan tangan dengan perasaan malu luar biasa. Hanya tangan saya yang mengacung ke udara di dalam kelas itu.

Gimana ngga malu, kejadian itu berlangsung pada tahun 2011, saat saya mengikuti Diklat Prajabatan. Dimana umur saya waktu itu sudah 25 tahun. Sudah hidup di dunia selama seperempat abad tapi hanya saya satu-satunya di kelas diklat tersebut yg belum pernah naik pesawat terbang.

Dan barulah saya sadar, kenapa sampai saya belum pernah naik pesawat terbang. Liburan bersama keluarga tidak pernah keluar pulau Jawa, bahkan tidak pernah sampai perbuan Jawa Tengah - Jawa Timur. Lingkup pekerjaan saya hanya sebatas Jawa Barat. Ah itu hanya alasan-alasan pembenaran. Orang lain bisa, kenapa saya tidak?? Dari rasa malu, muncullah tekad bulat bahwa saya harus segera mencicipi pesawat terbang. HA HA HA.. Mimpi yang aneh ya? Biarin, pokonya saya harus segera merealisasikan mimpi saya itu.

Saya mulai mencari celah, gimana caranya supaya bisa terbang. Kata uwa saya, ya naik pesawat aja dari Bandung ke Jakarta. Ah ngga, masa naik pesawatnya bentar, cuma setengah jam kan?? Celah lainnya --> liburan. Haaaa... Liburan kemana?? Musti ngerayu temen, cocok-cocokin tanggal, booking sana sini. Ribeuuudh.

Sampai akhirnya, terjadi obrolan iseng sama temen kuliah saya yang orang Gorontalo, namanya Nurilma. Juni 2012. Saya bilang, saya pengen kesana, ke Indonesia Timur. Sumpah, ini obrolan iseng yang ngawang-ngawang ga dimasukin hati banget. Tapi setelah selesai ngobrol, tekad saya kembali bulat. Naik pesawat terbang ke Indonesia Timur kayaknya menyenangkan. Mana disana ada temen yg siap menampung. Cucok abes. Setelah tekad sudah bulat, masalah lain muncul, restu orang tua. Grrrrrr... Ini yg lebih bikin parno. Musti cari waktu yang tepat buat ngomong. Alesan utama : uhuhuhu... pengen naik pesawat. Alasan pendukung : kan disana ada temen yg siap nampung, terjamin tidur, makan dan jalan-jalan. Yakan yakan.. :)))

Dan jawaban ibu kadang boleh kadang ngga ngejawab. Cek-cek tiket ampir tiap minggu. Kadang suka ngeliatin harga tiketnya ke ibu. Bu.... boleh ya.. Sampai akhirnya izin itu didapat, rezeki datang dan harga tiket masih terjangkau : Agustus 2012, saya beli tiket PP pesawat Sriwijaya Air ke Gorontalo. Beli online. Sebelom nge-iya-in di webnya, saya sempet solat dan berdoa dulu, kalo memang baik buat saya, tolong mudahkan. IYA!! Saya emang lebay. Yatapi kan tiket PP ini harganya hampir satu bulan gaji saya. Kalo batal di tengah jalan kan ga lucu banget. Setelah muncul bukti booking online, saya lgsg minta anter ke ATM buat transfer. DEAL (insya Allah) : 14 November 2012 CGK-GTO | 18 November 2012 GTO-CGK.

Sebelom berangkat, saya minta diajarin dulu langkah-langkah mulai dari masuk bandara sampai sampai di bandara tujuan. Maklum, saya sendirian di perjalanan. Kalo cengo-cengo sendiri di bandara ntar disangka TKI mo ke Malaysia lagih. Ntar digiring agen TKI #mulailebay  Dan taukah, pas hari H saya dianterin ke bandaranya sekeluarga, udah kayak mau naek haji ajah.

Poto dulu sebelom berangkat

Dengan muka (dipaksa) tenang, hati dagdigdug dan otak mewanti-wanti untuk terus mengingat panduan dari kakak saya, saya menggeret koper saya setelah pamit dengan keluarga. Masuk security check, check in, bayar airport tax, nunggu di ruang tunggu berjalan dgn lancar. Tiba saat suara mba-mba menggaung lewat pengeras suara, memberi informasi bahwa pesawat tujuan Gorontalo akan berangkat, saya beranjak dari kursi tunggu. Kaki dan koper saya bimbing menuju gerombolan orang-orang yg td serempak berdiri saat saya jg berdiri. Ini pasti penumpang ke Gorontalo jg. Jd saya tinggal mengikuti arus kmn mereka bergerak. Haha

Setelah di dalem pesawat, saya sempet kesel dapet kursi di dkt lorong, bukan di deket jendela. Aaaaahhhh.. Jd ga bisa liat pemandangan dari atas kannn?!! Sambil nunggu take off, mata saya sesekali curi-curi pandang ke arah jendela, memastikan saat nanti terbang, saya masih bs liat pemandangan.

Saatnya take off. Pak pilot mulai ngasih bla bla bla. Jantung semakin ga karuan detaknya. Nguuuuung... Pesawat berlari kencang di landasan kemudian menukik ke udara. Bismillah.. Bismillah.. Mulut saya komat kamit baca doa. Punggung dan kepala tegak lurus menempel ke kursi. Tapi mata saya tetap mengintip ke jendela lewat bapa-bapa di samping saya. Subhanallah.. Rumah-rumah berderet rapat, berseling dengan pepohonan dan dibelah oleh sungai yg berkelok-kelok menuju muara. Ahhh.. Ini seperti foto udara yg sering saya lihat di buku. Tiba-tiba air mata menyusup lewat sudut mata. Iya saya cengeng dan lebay. Tapi saya benar-benar terharu. Alhamdulillah.. Terima kasih Allah sudah  mewujudkan secuil mimpi saya :)

Oh satu lagi, akhirnya saya berhasil keluar pulau JAWA!!

Wednesday, June 5, 2013

Pasir Pawon, Wisata Prasejarah Diantara Pabrik Batu Kapur



Sebelum jalan tol Cipularang beroperasi, arus kendaraan dari Jakarta menuju Bandung dan sebaliknya masih mempergunakan Jalan Raya Padalarang, Bandung Barat. Kios-kios yang menjajakan oleh-oleh khas Bandung dapat kita jumpai di sepanjang jalan. Kita juga akan melewati jalan berliku menanjak dengan pemandangan gunung kapur yang merupakan bagian dari Karst Citatah. Pabrik-pabrik pengolahan batu kapur ikut berdiri di sepanjang gunung kapur yang mulai ‘ompong’.

Di balik hiruk pikuk pabrik pengolahan batu kapur tersebut, tersembunyi sebuah bukit yang menyimpan catatan masa purbakala. Bukit itu bernama Pasir Pawon. Pasir Pawon terletak di Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. Pasir Pawon dapat dibagi menjadi dua kata, yaitu pasir dan pawon. Dalam bahasa Sunda, pasir berarti bukit dan pawon berarti dapur. Menurut legenda Sunda, gua Pawon (bagian dari Pasir Pawon) merupakan dapur Dayang Sumbi. Bukit ini memiliki dua bagian yaitu Taman Batu dan Gua Pawon. Taman Batu berada di puncak Pasir Pawon sedangkan Gua Pawon berada di bawah Taman Batu dengan pintu masuk berada di kaki bukitnya. 

Perjalanan dari Bandung menuju Pasir Pawon ditempuh selama satu jam. Saya yang merupakan peserta dari kegiatan “Ngalalakon Gua Pawon” yang diadakan oleh Muslimah Community hanya manut-manut saja mengikuti itinerary yang telah mereka rancang. Perjalanan ini dipandu oleh komunitas mooibandoeng. Kami berhenti di sebuah mesjid di pinggir Jalan Raya Padalarang. Dari mesjid tersebut kami memulai perjalanan. Kami melewati perkampungan penduduk, kebun warga dan pabrik pengolahan batu kapur. Saya melihat asap hitam mengepul dari beberapa pabrik tersebut. Asap hitam itu adalah hasil pembakaran ban yang digunakan untuk bahan bakar pengolahan batu kapur.

Panitia, pemandu dan peserta berkumpul sebelum berangkat menuju Pasir Pawon

Jalan desa yang kami lewati berserak kerikil batu kapur. Kemudian berganti dengan tanah liat yang kemerahan. Kondisi tanah yang basah setelah hujan semalam membuat jalan menjadi licin. Tanah yang kami injak mulai menggumpal pada alas sepatu, membuat langkah kami semakin berat. Sesekali kami berhenti untuk mencungkil gumpalan tanah. Berjalan beberapa meter setelahnya, tanah sudah mulai menggumpal kembali. 

Menuju Pasir Pawon


Semakin mendekat ke puncak Taman Batu, semakin terlihat bongkahan batu gamping yang bertebaran tidak teratur. Ukuran batuan ini ada yang hanya setinggi 30 cm dan ada pula yang lebih tinggi dari manusia dewasa. Batuan gamping itu berlubang dan berceruk, mirip dengan terumbu karang. Di Taman Batu sering juga ditemukan cangkang kerang. Namun di daerah perbukitan seperti itu mengapa ada kerang? Dan batuan yang mirip terumbu karang itu mengapa bisa sampai ke perbukitan di Padalarang?Menurut informasi yang saya dapatkan dari pemandu, kawasan Pasir Pawon ini dulunya memang menjadi dasar laut dangkal. Masa itu terjadi pada 20-30 juta tahun yang lalu dan sering disebut Zaman Tersier. Pergerakan lempeng bumi telah mengangkat kawasan ini hingga muncul ke permukaan bahkan membentuk bukit-bukit.

Taman Batu

Pada periode berikutnya, antara 135 ribu sampai 16 ribu tahun yang lalu, seluruh wilayah Bandung sekarang pernah terendam menjadi Danau Bandung Purba. Bentangannya mulai dari sekitar Bendungan Saguling di sebelah barat hingga Rancaekek di sebelah timur, mulai dari Padalarang-Bandung-Ujungberung di sebelah utara hingga Majalaya-Banjaran-Soreang-Cililin di sebelah selatan.

Dari Taman Batu kami juga dapat melihat lintasan jalan tol Cipularang, hamparan sawah, rumah-rumah penduduk yang mengelompok dan juga pabrik pengolahan batu kapur. Kita juga dapat melihat rangkaian bukit yang termasuk dalam Karst Citatah. Rangkaian ke arah timur terdapat Karang Panganten, Pasir Bengkuang dan Pasir Kamuning. Sedangkan ke arah barat terdapat Gunung Hawu, Pasir Pabeasan dengan Tebing 125-nya dan Gunung Manik dengan Tebing 49-nya. Pasir Pabeasan dan Gunung Manik sering digunakan untuk panjat tebing oleh masyarakat umum. Namun dari tahun ke tahun tinggi kedua bukit ini semakin pendek karena terus dilakukan penambangan.

Bukit tetangga terdekat dari Pasir Pawon adalah Gunung Masigit. Sayangnya pemandangan Gunung Masigit sangat memprihatinkan. Badannya yang gagah sudah banyak terkikis oleh alat berat. Dari Jalan Raya Padalarang, Gunung Masigit ini masih terlihat hijau, padahal bila dilihat dari belakang sudah banyak boroknya. Menurut pemandu, begitulah cara penambang menambang gunung kapur, sedikit-sedikit mulai dari bagian belakang. Padahal, menurut Peraturan Gubernur No. 20 Tahun 2006, Gunung Masigit dan Pasir Pawon masuk ke zonasi karst kelas I yang berarti kawasan tersebut tidak boleh ditambang sama sekali dalam radius 400 m. Ironis ya..
 
Gunung Masigit dilihat dari Taman Batu

Puas menikmati Taman Batu, perjalanan kami lanjutkan menuju Gua Pawon. Gua ini terletak di bawah Taman Batu, dengan kata lain ada di dalam Pasir Pawon. Dari Taman Batu ini kami diharuskan menuruni Tanjakan Frustasi. Jalan setapak yang kami lewati sudah tertutup semak belukar. Sehingga kami harus membuka jalan yang sudah tertutup semak belukar tersebut. Sebetulnya jalan menuju Gua Pawon ini bisa ditempuh dari pintu masuk di pinggir Jalan Raya Padalarang. Namun pemandu memilih jalan setapak tersebut agar sensasi perjuangan menuruni bukit ini lebih terasa. Dan memang sangat terasa capeknya. Kami harus menuruni turunan dengan kemiringan hampir 60˚. Ditambah tanah yang licin. Jadilah para pemandu pria membentangkan tali untuk kami para wanita agar bisa menuruni bukit dengan selamat.
Sambil nunggu giliran nurunin Tanjakan Frustasi, mari kita narsis dulu

Tiket masuk ke Gua Pawon cukup terjangkau yaitu Rp. 3.000,-/orang. Mulut gua berada di dinding bukit di kaki Pasir Pawon. Kami disambut oleh sekawanan kera jinak di luar pintu masuk. Setelah masuk, bersiaplah untuk menutup hidung karena akan tercium bau kotoran kelelawar (guano). Ribuan kelelawar beterbangan berputar-putar di salah satu ruangan gua. Gua ini terbagi menjadi 10 ruang besar. Untuk berkeliling dalam gua ini, kami harus jalan menanjak dan kadang membungkuk melewati celah yang sempit. Ornamen gua, seperti stalaktit dan stalagmit, sudah jarang ditemui karena keadaan gua sudah tidak sehat dan banyak dicuri oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Rombongan kelelawar menari
Di salah satu ruangan yang dinamakan Gua Kopi terdapat replika fosil manusia purba yang dinamakan Manusia Pawon. Terdapat pagar besi yang melindungi ruangan replika ini. Posisi replika manusia purba dibuat sama dengan pada saat diketemukan, yaitu meringkuk seperti janin dalam kandungan. Fosil aslinya disimpan di Balai Arkeologi, Cileunyi, Bandung. Pada saat dilakukan penggalian oleh Balai Arkeologi, yang ditemukan hanya tempurung kepala, tulang iga dan rangka bawah dalam keadaan rapuh. Di Gua Kopi ini ditemukan lima fosil manusia purba yang salah satunya diperkirakan sudah berumur 9.500 tahun. Di Gua Pawon ini juga ditemukan artefak sisa makanan, potongan tulang, batu yang digunakan sebagai aksesoris dan peralatan manusia purba. Semua artefak ini disimpan di Balai Arkeologi Bandung.

Pepohonan tumbuh di salah satu ruangan gua

Menuruni Gua Kopi, kami sampai di sebuah ruang besar dan tinggi yang bernama Kamar Tujuh. Jalur menuju ruang tersebut ditumbuhi oleh beberapa pohon yang menjulang tinggi. Pohon-pohon tersebut dapat tumbuh karena atap gua telah runtuh. Di salah satu dinding Kamar Tujuh terdapat lubang besar yang sering disebut Jendela Pengintaian. Dulunya, Jendela Pengintaian adalah tempat manusia purba mengintai hewan buruan. Dari Jendela Pengintaian, kita dapat melihat lembah dengan hamparan sawah dan permukiman penduduk. Hati-hati berdiri disana, karena tidak ada pengaman apapun, langsung tebing.
Jendela Pengintaian

Dari segi fasilitas, Gua Pawon memiliki berbagai fasilitas, diantaranya pendopo, WC, mushala dan tempat parkir. Akses masuk Gua pawon dari Jalan Raya Padalarang sudah bagus. Jalan sudah dibeton dan disamping kanan kirinya terdapat pohon berjajar. Di dalam pendopo terdapat maket dari kawasan Karst Citatah. Sambil bersantai kita dapat melihat rangkaian dari Karst Citatah. Sayang, untuk mushala tidak dilengkapi dengan tempat wudhu yang memadai. Hanya ada pancuran sederhana dengan pipa paralon dan ember sebagai tempat menampung air. 

Alangkah menariknya apabila di dekat pendopo dibangun museum yang memamerkan artefak-artefak yang ditemukan di Gua Pawon berikut cerita perjalanan sejarahnya. Selain itu untuk mempermudah jalur dari Gua Pawon menuju Taman Batu, sebaiknya dibuat jalan setapak yang permanen namun tidak meninggalkan kealamiannya. Pasir Pawon adalah jejak prasejarah di Tanah Parahyangan. Jangan sampai tergerus oleh keuntungan sesaat sekelompok orang.

Karena kita pake crocs utk naik gunung, nama gank kita : GANK CROCS!!



Here we are... Gank Crocs

Thursday, May 16, 2013

Atur Uang ala Bu Indah

Hemat pangkal kaya. Yakin? Banyak kok ibu-ibu yg boros tetep kaya. Beli tas ratusan juta, makan di resto mahal hampir tiap hari, liburan tiap bulan. Mereka tetep kaya. Sedangkan tukang sampah dgn gaji pas-pasan, hemat sana hemat sini ngga kaya-kaya. Hayolooohhh... Gimana dong ntar ngasi tau anak-anak kita biar bisa hemat, mau nabung dan bisa atur uang sendiri? Saya bisa bilang ibu saya berhasil menedidik saya dalam ngelola uang sendiri. Makanya saya mau bagi-bagi pengalaman saya waktu kecil.

Mungkin akan ada salah angka di tulisan ini. Maklum, saya harus membuka memori saya ke tahun 95-an, waktu saya masih kelas 4 SD. Waktu itu, saya anak pindahan dari Kuningan ke Lembang. Gaya hidup berubah. Di Kuningan, saya bak putri raja. Ke sekolah antar jemput, segala disediain. Di Lembang, ke sekolah harus naik delman dan saya mulai dikasih uang jajan perminggu sama ibu. Aturan main dari uang jajan perminggu itu adalah : 
- Setiap senin saya dikasih uang jajan (kalau ngga salah Rp. 10.000)
- Uang itu harus cukup untuk 6 hari (ongkos, jajan, nabung)
- Kalau ada libur nasional, sakit, izin, dll yang menyebabkan saya ngga masuk sekolah, uang ngga perlu dikembalikan. Artinya saya akan punya "laba" karena saya ngga harus keluar uang pada hari itu. Uang jajan UTUH :)

Mulailah saya berpikir (anak kelas 4 SD udah bisa mikirin duit!!), berarti saya harus punya rencana pengeluaran uang per harinya. Rinciannya kira-kira begini :
- Ongkos delman sekali jalan : Rp. 250. Berarti ongkos delman PP : Rp. 500/hari.
- Buat jajan, saya membatasi diri maksimal Rp. 500/hari.
- Nabung di sekolah antara Rp. 1.000 atau Rp. 2.000 perminggu.
Dan yang kerennya, saya udah mulai punya tabungan di bank konvensional. Perbulannya saya bisa nabung sampai Rp. 10.000. Eh apa kurang dari itu ya, lupa. Pokonya saya inget tabungan saya pernah mencapai Rp. 100.000. Saya sih menganggap itu sebuah pencapaian, walaupun kecil.

Punya rencana pengeluaran uang itu bikin saya berkomitmen ama diri sendiri. Dan itu penuh dengan pengorbanan dan air keringat :)))) Kenapa? Jadi gini ceritanya... Inget ngga waktu dulu Chiki Balls ngeluarin hadiah langsung dalam bungkusnya? Namanya Tazos. Generasi 90-an mana yang ngga keranjingan ngumpulin Tazos dalam album?? Saya sih sangat sangat keranjingan. Pernah suatu hari, saya pengeeeeeeen banget beli Chiki Balls, tapi jatah jajan saya udah abis. Ibarat kata sakau, saya harus beli Chiki Balls gimana pun caranya. Jadi saya memutuskan beli Chiki Balls pake uang delman. Pulang ke rumah pun terpaksa jalan. Cape tapi hati senang.

Ada lagi cerita lainnya. Di jalan menuju rumah itu ada yang jualan jagung rebus. Kalo lagi pulang sambil jalan kaki suka mupeng pas ngelewatin kepulan asap dari pancinya. Saya yang waktu itu suka pulang sama kakak saya (kita satu SD), suka udunan beli jagung rebus. Satu biji dibagi dua. Harganya Rp. 250. Jadi yang bayarnya Rp. 150 kebagian jagung yang di deket bonggolnya, lebih gede.

Oia, sejak dari kecil, udah ada aturan tidak tertulis antara ibu dan anak-anaknya. Beli baju baru, tas baru, sepatu baru dan segala yang baru-baru itu ada waktunya : kenaikan kelas, ulang taun dan lebaran. Kalau mau beli diluar waktu-waktu itu, yaaaaa... beli sendiri. Sisihin dari uang jajan. Saya mulai beli apa-apa sendiri tuh ya jaman SMP. Waktu itu lagi keranjingan The Moffatts. Beli poster, tabloid, majalah ya dari uang jajan. Makanya setelah kenal jajanan yang begituan, saya ngga pernah nabung lagi :D

Hahahaha... Kalo dipikir-pikir lagi, kesian amat ya masa kecil saya. Tapi waktu saya ngalamin sendiri masa-masa itu, rasanya membahagiakan aja sih. Semuanya dibawa hepi. Prihatin yang membawa berkah. Mungkin waktu itu ibu uangnya terbatas. Tapi karena keterbatasan itu, saya dapet pelajaran. Terimakasih ibu :)

Sunday, May 5, 2013

Filosofi Gagal Move On (duileh)

Jadi begini, saya dpt inspirasi nulis ini karena keadaan. Eits jangan liat gagal move on nya yah. Keadaan yg saya maksud adalah keadaan ngambang pindahan dr rumah kantor (yg saya tempatin skrg) ke rumah Cibodas. Begini ceritanya...

Udah ampir 17 taun saya sekeluarga tinggal di rumah kantor ini. Selama ibu dan/atau bapa saya masi kerja sbg PNS, kita masi boleh tinggal disini. Tp utk persiapan masa pensiun, ortu udah bikin rumah di Cibodas, masi di Lembang jg.

Nah taun ini tuh ibu mau pensiun, kl bapa udah pensiun sejak taun 2008. Biar ngga riweuh pas pindahan, beberapa perabotan udah di pindahin ke rumah Cibodas. Jadilah sebangsa baju, kerudung, barang pecah belah, selimut, bantal, dll yg tertinggal ya emang yg bener2 masi kepake. Dan semua itu disimpen tercerai dimana2. Lemari baju yg tadinya ada 3 biji, tersisa 1. Isinya baju2 punya saya, 2 kakak, 1 anak kecil. Tas2 yg tadinya kesimpen rapi di lemari, skrg berpencar di laci bawah rajang n koper. Kerudung pun bernasib sama ama tas2 itu. Semrawut banget deh keadaannya. Mau cari satu barang aja bisa bikin naik darah. Bisa bongkar2 sampai ngga ketemunya. Trus br keingetan kl barang yg kita cari ternyata udah disimpen di rumah Cibodas. Ribet ya..

Nah filosofi gagal move on nya dimana? Emang belom nangkep?? Yaudah dijelasin...

Misal, A punya orang yg dia sayang, sebut aja B, tp mereka harus berpisah. A harus pindah dong? Ternyata ada C yg siap nampung hatinya A. A coba menjalani hubungan dgn C, walau A masi setengah hati ninggalin B. Apa yg terjadi?? Hubungannya gakan berhasil. Ruwet. Capek. Jadi apa yg harus dikerjakan A?? Jangan setengah2. Kembali perjuangin si B, ato pindah seutuhnya ke C.

Gampang ya ngomong?? EMANG!! Hahahaaa... Ga pernah ngerasain ya?? ENAK AJAH!! Muahahaaa... Bisa nulis gini karena ngalamin, bweeee... *masih dlm perjalanan menuju si C (yg entah dimana)*

Friday, April 19, 2013

Mantu untuk ibu

[lagi teleponan] "Bu, ni pulangnya besok siang aja ya, pgn nonton dl" | "adeuh, nonton sama siapa?" | "sendirian" | "TUH YAH KAMU MAH SUKA ANEH2 AJA" | "......"

[pamitan berangkat kerja] "ati2 ya... Sing selamet, banyak rezeki, sing cepet ketemu jodohna" | "aamiin..." --> sambil senyum meringis

[lagi teleponan] "besok ni ada sosialisasi, bu.. " | "dimana?" | "di hotel anu" | "oh iya, sing ketemu sama yg kasep, bageur" | "heuuuu..."

[di mobil pas dijemput dr suatu acara] "ada yg ganteng ga, ni??" | "........"

[lagi teleponan] "ni lagi di toko anu nih, bu" | "cieee... Dianter temen kamu ya??" | "iya, dianter temen tp cewe" | "ohiya atuh ati2"

[ada acara malem, kemudian ditelepon] "kamu pulang jam brp?" | "paling jam 8an" | "dianterin?" | "ntar dijemput mamang ojeg" | "oh, ati2 ya"

Aku tau, bu.. Pertanyaan2 itu bentuk kekhawatiran ibu terhadapku, si bungsu. Aku pun tau dibalik pertanyaan itu terselip harap agar aku sudah ada yg mendampingi. Mungkin memang belum saatnya aku dipusingkan dgn sebuah hubungan. Mungkin aku masih harus menjaga keluarga ini. Biarlah Allah yg menjagaku. Dan maafkan aku, bu... Aku belum bisa membawa mantu untukmu...

Wednesday, April 17, 2013

WHAT?? Leuks of Honey?

Ceritanya saya mau meng-addict-kan diri buat nulis.  Jadi mari menulis walau bahasannya ringan. Yang penting menurut saya aja dulu bahasan ini menarik, huehehe..

Ada ngga ya yang pernah tersesat kesini trus bertanya-tanya, apa sih Leuks of Honey itu? Kita bahas dari yang paling mudah dulu. HONEY = (dibaca) Hani = nama saya. HONEY = madu = manis. HANI = MANIS #gapenting #digetok Kalau Leuks? Hmmmm... Kata itu ada sejarahnya. Bermula dari kesenengan saya mengerjakan hal-hal mendetail, misalnya bikin prakarya dari barang bekas sampai merajut. Kakak saya suka berkomentar kalo saya suka pekerjaan yg (dalam bahasa sunda dikenal dengan) leukleuk. Iseng, saya cari di google translate arti kata leuks. Eeehh.. Ternyata ada!! Dalam bahasa Belanda, leuks berarti kesenangan. Leuks of Honey = kesenangannya Hani. Waktu saya lagi rajin-rajinnya merajut, saya sempat punya mimpi punya produk rajutan bermerk Leuks of Honey (ini hasil rajutan-rajutan saya crocheting ). Karena mimpi yang itu belum terwujud, jadi waktu kmrn saya harus kasih nama blog ini, ya nama yang pertama kali terlintas ya nama itu. 

Dan di blog ini juga saya mau sharing semuaaaaaaa kesenangan saya : merajut, traveling, (sedikit mengenai) pekerjaan yg menarik hati, keluarga, asmara (ahuhuhu... kisahnya masih melow untuk saat ini). Ya pokoknya apapun yang menarik hati saya deh :P

Tuesday, April 16, 2013

Jari yang Berbicara

Seperti yang saya tulis di deskripsi blog ini "orang bilang saya cerewet di dunia maya. Mungkin otak dan hati lebih bersahabat dengan jari dibanding mulut" itu memang benar adanya. Sama halnya seperti busur derajat, dunia nyata saya ada di derajat 0 dan dunia maya saya ada di 180 derajat kebalikannya.
Dulu saya mengutuki diri sendiri dengan keadaan di dunia nyata. Saya tidak suka disebut pendiam. Namun berjalannya waktu membuka pemikiran saya. Kalau saya disebut pendiam kenapa harus marah?? Memang itulah kenyataanya. Kalau pendiam termasuk kekurangan, pasti ada kelebihan yang saya punya. Dan kalau saya runutkan sejak saya kecil, saya memiliki ketertarikan tersendiri di bidang menulis. Waktu SD saya pernah ikut lomba mengarang. Entah mengapa guru saya tiba-tiba menunjuk saya mengikuti lomba tersebut. Saya dapet juara 3 (dari empat peserta :D). Lalu pernah waktt SMP saya mengirimkan cerpen ke harian Pikiran Rakyat. Memang diterbitkan, tapi setelah menunggu hampir setahun :D Ohiya, waktu SMP juga saya pernah dapet hadiah coklat dari guru Bahasa Indonesia karena nilai mengarang saya paling tinggi di kelas.
Tapi menulis bukanlah perkara gampang bagi saya. Kadang ide udah terkumpul menumpuk di otak. Setelah sampai di depan komputer, ide itu menguap begitu saja. Mata sudah tertuju ke layar. Jari-jari sudah bersentuhan dengan keyboard, siap berperang kapan saja. Satu dua kata mengalir di MS. Word. Tak lama secuil kata itu pun tersapu oleh tombol delete. Dan halaman pun kembali bersih. Saya dan layar komputer terus saling menatap. Sampai akhirnya saya menyerah dan menutup MS. Word. Hal itu berulang tanpa saya berhasil menaklukannya. 
Cukup lama saya tidak menulis. Sampai akhirnya saya menemukan twitter. Awalnya sih saya tidak menganggap twitter sebagai media "latihan menulis". Di twitter saya jadi lebih banyak membaca. Selebtwit yang saya follow banyak memberikan informasi menarik, bukan sekedar twit galau, modus, nyinyir, dkk. Saya pun mulai terpengaruh. Saya mulai banyak bercerita. Ya setidaknya ada 10 twit bersambung merangkai sebuah cerita. Atau kadang misuh-misuh ngga puguh mengeluarkan kekesalan beruntun layaknya reportase. Kadang saya juga berpuisi. Sedikit, hanya 4-5 twit. Itupun gara-gara desakan curcol :) Tapi intinya saya mulai menulis.
Akhirnya blog ini akhirnya muncul karena beberapa alasan. Alasan pertama karena salah satu teman saya (yang ternyata suka stalking twitter saya) bilang kenapa saya ngga jadi penulis profesional aja. Dia ngerasa tulisan saya ada nyawanya #pipimemerah. Alasan kedua, semangat dari dua penulis favorit saya, om @vabyo n kak @windyariestanty. Om Vabyo pernah bales pertanyaan saya gimana caranya menumpahkan ide yang memenuhi kepala ke dalam tulisan (seperti yang saya tulis di awal, saya selalu gagal nulis di komputer). Om Vabyo bilang, pilih cerita yang paling menarik, ibaratnya kalo lagi puasa suka laper mata tapi pas buka puasa kita hanya memakan yang benar-benar kita inginkan. Lain lagi dengan kak Windy yg emang suka jawab pertanyaan-pertanyaan followernya (kadang serius kadang becandaan kocak). Tapi twit-twitnya jadi ngasi motivasi kalo mau jadi penulis ya MULAILAH MENULIS #iyakak. Alasan ketiga adalah karena kekecewaan saya terhadap satu orang. Iya, kadang kecewa membuat kita lebih semangat. 
Jadi inilah dia blog saya.. Leuks of Honey. Mudah-mudahan ada yang nyasar mampir-mampir ke blog ini. Ngarep ada yang baca?? YAIYALAH JELAS. Setiap penulis pasti seneng kalau tulisannya ada yang baca. Semoga jari-jari ini akan terus menari menyampaikan kata yang tak sempat mulut ucapkan.. :)